Foto: Istimewa
Aceh-Pilkada di Aceh kali ini menjadi Pilkada yang akan sangat menentukan arah maju atau mundurnya pembangunan di Aceh, yang diketahui seperti beberapa tahun belakang Aceh terus menghadapi berbagai kondisi dan gejolak politik serta pemerintahan yang tidak menentu.
Seperti baru-baru ini keterlambatan pengesahan APBA 2024, ironisnya kondisi ini hampir berulang setiap tahunnya, yang menunjukan ada masalah dalam diplomasi politik para elit di Aceh.
Problematika ini diperparah dengan kondisi perekonomian yang tidak baik-baik saja, misalkan pada 2023 pertumbuhan ekonomi Aceh hanya berada di angka 4,23 persen jauh dari pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di angka 5,05 persen.
Saat ini Aceh mendapat label sebagai daerah termiskin di Pulau Sumatera dan secara nasional Aceh menempati peringkat ke-6 sebagai daerah termiskin.
Melihat fakta dan data-data di atas, maka tak salah jika kita sebut Pilkada Aceh 2024 adalah babak yang sangat menentukan maju atau mundurnya Aceh sebagai daerah yang dijuluki sebagai daerah modal.
Saat ini telah muncul beberapa nama calon gubernur yang menjadi pembicaraan di tengah-tengah masyarakat Aceh dari berbagai kalangan, seperti Muzakir Manaf (Mualem), Nezar Patria, Teuku Riefky Harsya, Amir Faisal Nek Muhammad, M Nasir Djamil, Darwati A Gani, Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop) dan Sudirman (Haji Uma).
Muzakir Manaf dapat dikatakan sebagai salah satu kandidat yang berpeluang besar untuk maju sebagai Cagub Aceh karena partai yang ia pimpin meraih kursi terbanyak di DPR Aceh. Muzakir Manaf merupakan simbol pemersatu bagi mantan kombatan dan simpatisan GAM (Gerakan Aceh Merdeka).
Selanjutnya adalah Nezar Patria, tokoh Aceh yang tengah bersinar di Jakarta, saat ini ia menjabat sebagai Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika. Nezar Patria memiliki kapasitas dan jaringan yang cukup luas untuk membantunya dalam membangun Aceh, bahkan telah muncul sejumlah masyarakat yang mendeklarasikan Nezar sebagai Cagub Aceh 2024. Selain kedekatannya dengan para aktivis di Aceh dan nasional, Nezar Patria bisa disebut sebagai salah satu tokoh Aceh yang memiliki kapasitas intelektual yang tinggi.
Kemudian ada nama Teuku Riefky Harsya, Sekjen Partai Demokrat memiliki modal besar untuk maju, baik secara partai maupun popularitas dan elektabilitas yang dimilikinya. Pengalaman panjangnya di DPR RI tentunya akan memberi pengaruh besar bagi pembangunan di Aceh.
Selanjutnya Amir Faisal Nek Muhammad yang berlatarbelakang sebagai pengusaha dan saat ini menjabat sebagai Komisaris Utama Pertamina Training & Consulting. Ia menjadi sosok yang memiliki kans besar untuk maju di Pilkada Aceh, bahkan pada Pilkada 2017 Amir Faisal muncul sebagai kandidat kuat Wakil Gubernur saat itu. Kapasitasnya sebagai pengusaha yang sukses dan berpengalaman dalam dunia BUMN, serta memiliki koneksi yang kuat di Aceh dan pusat tentunya akan sangat berpengaruh untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan pengangguran di Aceh.
Selain Amir Faisal, Tokoh Aceh lain yang berpeluang untuk maju adalah M Nasir Djamil, apalagi dirinya telah menyatakan kesiapannya untuk maju sebagai Cagub Aceh, pengalamannya sebagai seorang politisi tidak diragukan lagi, hampir di setiap Pileg ia selalu meraih kursi di legislatif. Nasir Djamil punya modal yang kuat untuk maju, salah satunya dikarenakan PKS punya kader yang militan dan berakar kuat.
Darwati A Gani yang terpilih sebagai anggota DPD RI juga memiliki peluang untuk maju di Pilkada. Saat ini ia menjadi satu-satunya tokoh wanita Aceh yang telah menyatakan diri ingin maju di Pilkada Aceh 2024. Kiprah dan pengalamannya di DPRA menjadi modal besar bagi Darwati, ia dikenal sebagai sosok yang dekat dengan berbagai lapisan masyarakat, Darwati juga dikenal sebagai politisi perempuan yang gemar terjun dan melihat langsung kondisi masyarakat.
Kemudian Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop) yang berasal dari kalangan ulama. Tu Sop memiliki basis massa yang cukup kuat, terutama di kalangan santri dan di wilayah Bireuen.
Terakhir adalah Haji Uma atau Sudirman, artis komedian Aceh ini memiliki popularitas dan elektabilitas yang cukup tinggi, hal inilah yang akan menjadi modal kuat bagi Haji Uma jika maju di sebagai Cagub Aceh, disamping dengan pengalamannya selama dua periode di DPD RI.
Tentunya siapapun yang maju di Pilkada Aceh kita berharap bukan hanya sebatas ambisi atau jabatan, melainkan harus memiliki gagasan yang dapat direalisasikan untuk kemajuan Aceh.
Aceh dilabel sebagai daerah miskin, padahal memiliki potensi alam yang kaya dan letak wilayah yang strategis. Miris tentunya, oleh karena itu Pilkada 2024 harus melahirkan sosok pemimpin yang mampu menjadikan potensi Aceh sebagai alat untuk memakmurkan rakyat Aceh.
Untuk menyelesaikan problematika yang ada saat ini, Aceh butuh figur yang mampu menyatukan para elit politik dan masyarakat Aceh, yang paham mengenai ekonomi dan mampu berdiplomasi dengan baik dan bersinergi dengan stakeholder di nasional.
T. R. Muda D. Bentara (Analis Politik dan Pertahanan)